Ai~Aishiteru

8/07/2012 04:34:00 AM Hikari 0 Comments


Chapter 1
Jreng~~Jrengg~~ Ini hari pertama aku bersekolah di Jepang. Sungguh tak pernah ku bayangkan kalau aku bisa bersekolah di negara ini. Seperti sebuah mimpi saja. Ha~~Ha~~
Kini aku memakai baju seragam yang dilengkapi jas hitam, dasi pita merah, rok yang sangat pendek untuk ukuran anak sekolah sewaktu aku di Indonesia, dan juga kaos kaki panjang berwarna putih.
Yeah.... semua telah berbeda. Semua berubah setelah kedua orang tuaku meninggal dunia karena kecelakaan mobil. Aku benar-benar tak tahu kejadiannya waktu itu dan aku tiba-tiba mendpat berita kalau orangtuaku meninggal dunia. Aku benar-benar terpukul pada saat itu. SANGAT TERPUKUL. Saat itu aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Bagiku semua suram karena orang tuaku telah tiada. Untungnya, teman baik orang tuaku datang dari Jepang dan memintaku agar aku mau tinggal di Jepang.
“Obosan, aku pergi ke sekolah dulu ya,” kataku sambil menyalam bibiku dan pergi bersama pamanku.
“Tetteiteki na...”
“Arigatou, obosan,” aku tersenyum padanya lalu pergi.

Sesampai di sekolah baruku, aku sungguh tercengang dengan gedung sekolahnya. Seperti sekolah-sekolah Jepang yang aku lihat di drama Jepang. “Sugoi,” kataku. Aku sampai tak bisa mengedipkan mataku.
“Ini sekolah baru mu, Erika san,” pamanku menghentikan lamunanku dengan tersenyum padaku. “Sugoi ne...”
“Ne. Aku suka sekali sekolah ini. Aku masuk dulu ya, paman,” aku membuka pintu mobil dan masuk ke dalam gerbang sekolah.
“Semoga kamu senang ya di sekolah barumu...” kata pamanku sebelum aku masuk ke dalam sekolah.
“Hai...”
“Ohayoo gozaimasu,” tiba-tiba seorang anak cewek menyapaku.
“Ohayoo,” aku tersenyum padanya.
Tak lama setelah dekat dengan pintu masuk, aku dan cewek yang tadi menyapaku spontan menengok ke arah gerbang sekolah. Kami mendengar teriakan anak-anak cewek yang cukup histeris dan cukup norak tentunya.
“Mereka kenapa?”
“Ah, kamu rupanya tak tahu ya....” ucapnya semangat.
“Ha??” yaiyalah aku tak tahu, aku kan baru pindah ke sini. “Memangnya apa?”
“Ituloh, ada dua orang dari member Hey! Say! JUMP yang pindah ke sekolah ini. Katanya sih karena mereka tidak suka dengan sekolah mereka yang lama, makanya mereka pindah ke sekolah ini. Mereka ganteng lohhh....” cerita cewek itu dengan panjang lebar.
“Ooh,” sahutku kemudian dan aku lanjut masuk ke dalam sekolah.
“Hei, chotto! Kamu anak baru ya? Kok aku baru melihatmu sekarang ini?”
“Ehm... iya aku anak baru. Aku dari Indonesia,” kataku kemudian.
“Wow... kamu dari Indonesia? Ah, sugoi. Kenalkan, watashi wa Chika Sato desu. Anata wa?”
“Watashi wa Erika Priscilia. Panggil saja aku Rika. Hehehe...” kataku malu-malu. Maklum, aku ini baru.
“Yoroshiku Rika san,” ia melemparkan senyumanya kembali. “Kamu di kelas berapa?”
“7B, anata wa?”
“Yatta.... kita ada di kelas yang sama. Masuk bersamaku yuuk...” ia langsung menggandengku dan masuk ke dalam kelas 7B.
“Wow...” kata yang pertama aku ucapkan saat aku berdiri di depan pintu kelasku. Aku takkan melupakan ini.
“Hei, kamu duduk di belakangku ya,” katanya.
“Oke, tak masalah.”
Tak lama kemudian, datang lah dua orang sejoli itu ke dalam kelas. Kamu tahu siapa? Mereka orang ganteng yang juga kabarnya dari Chika san adalah member Hey! Say! JUMP. Tidak di gerbang sekolah, tidak di kelas, mereka sama saja bikin berisik. Yaah, sebenarnya bukan mereka sih yang bikin berisik, tapi para penggemar beratnya mereka berdua itu. Tapi, kenapa harus di kelas ku? Aku kan butuh ketenangan jiwa. *Lho???*
“Summimasen,” lambaian tangannya menghancurkan pergumulan hatiku. “Summimasen,” katanya sekali lagi.
“Ha? Doushite?” akhirnya aku tersadar dari lamunanku.
“Boleh aku duduk di sini?” tanya cowok itu.
“Kamu kok duduk di sebelah cewek jelek ini?” tiba-tiba fans berat tuh cowok menyela dan menahan cowok yang kabarnya penyanyi ini.
“Maksud kamu apa bilang aku jelek?” sepertinya emosiku meningkat ke level 5. Berani-beraninya dia mengejekku seperti itu. Aku benar-benar tak menerima ini.
“Stop!” cowok itu membentak kami berdua. “Hei, kamu jangan seperti itu. Lebih baik kamu kembali ke kelasmu dan aku akan duduk di sini!”
Aku dan cewek kurang ajar itu serentak mengatakan, “Tidak!”
“Lebih baik kamu duduk di tempat lain. Aku tidak ingin terkena korban fans mu itu. Jadi, cepatlah pindah!” volume suaraku jadi aku tegaskan.
“Tidak, aku akan duduk di sini!” ia tetap saja memaksa.
Namun, tiba-tiba seorang cowok lain langsung duduk tepat di samping bangku ku. Kami semua menjadi terdiam.
“Ini tempat dudukku, jadi kamu pindah lah,” kata cowok itu setelah ia dengan santainya duduk.
“Sudah dengar kan? Jadi pindahlah.”
Ia pun pindah di seberang mejaku dan cewek kurang ajar itu mendadak jinak setelah mengetahui cowok artis itu tidak duduk dekatku. Huaah.... hari pertama saja sudah menyebalkan seperti ini.
“Arigatou. Kamu telah menolong aku,” kataku setelah kami duduk.
Ia menatapku dingin. Namun hanya sebentar, “Aku tak butuh terimakasih darimu,” katanya kemudian.
Wow. Sombong sekali dia. Dia pikir, dia siapa? Dia saja belum mengenal ku sama sekali. Uuh...
“Urusaii!” kataku
“Apa kamu bilang?” tanya cowok di sampingku ini. Ia merasa aku mengatainya.Haha~~
“Aku tidak mengatakan apa-apa!” aku berbalik ketus. Aku tidak menyukai sikapnya, jadi wajar dong aku melakukan itu.
“Aku Ryosuke Yamada,” ujarnya kemudian. Ia mengulurkan tangannya untuk mengajakku berkenalan. Benar-benar aneh. Tadi dia begitu ketus padaku, namun sekarang dia mengajakku berkenalan dengan tiba-tiba tanpa mengajakku terlebih dahulu. Apa-apaan ini?
“Memangnya aku bertanya padamu, siapa namamu?”
“Tidak, kamu tidak bertanya padaku. Tapi, kamu duduk tepat di sampingku. Kita semeja di kelas ini. Jadi, kamu harus tahu siapa namaku,” aih~~ pede sekali dirinya ini. Tak pernah aku menemukan cowok seperti ini. Ia menurunkan tangannya dan mengtak-atik handphone nya.
“Sepertinya, tak ada yang mau duduk di dekatmu selama pertengahan semester ini, karena keanehan dirimu ini,” gumamku sambil mendekatkan diriku ke dekat telinganya. Semoga saja dia panas mendengarnya.
“Jangan pernah membuat kesimpulan bodoh jika kamu belum melihat apa yang sebenarnya,” ujarnya.
Ooh...! Sekarang dia mengajariku suatu hal. Pintar sekali dia, rupanya.
“Aku lelah berdebat denganmu,” ucapku akhirnya.
“Tidak ada yang mengajakmu berdebat, kok. Kamu terlalu melebih-lebihkan.”
“Aahhh....” aku berteriak di dekat telinganya sekarang.
“Apa-apaan kamu?” ia menutup telinganya.
“Kamu menyebalkan sekali...!” teriakku sekali lagi.
“Ckck... kalau kamu terus cerwet seperti itu, lebih baik kamu pindah dari tempat dudukmu,” tukasnya. Menyakitkan sekali kata-katanya. Aku sangat tak kuat mendengarnya.
“Oke. Aku akan pindah. Baka!” aku mengambil tasku dan bergegas pindah. Namun, aku melirik ke semua tempat duduk di kelasku. Ternyata, tidak ada lagi yang tersisa. Ini satu-satunya tempat duduk yang mungkin aku tempati.
Aku kembali duduk. Aku menahan malu padanya. “Baka!” gumamku sambil duduk lesu.
“Kenapa tidak jadi pindah?” ohh... sekarang ia bertanya dengan santainya.
“Jangan bicara padaku!”
Tepat aku bilang seperti itu, bel masuk berbunyi. Kami kembali terdiam dan tak ada perdebatan lagi.


“Mengapa ya, hari pertamaku di sekolah di Jepang lebih buruk dari yang kubayangkan?” aku menatap langit malam dari jendela kamarku.
“Rika chan...” panggil bibiku dari bawah.
“Hai,” aku langsung bergegas ke bawah.
“Ada apa, obosan?” tanyaku setelah terburu-buru ke bawah.
“Lihat, apa yang bibi bawa?” ia menenteng tas kecil yang aku tak tahu apa isinya.
Bibi menggandengku ke sofa empuknya, “Coba kamu buka,” kata bibi kemudian setelah memberikan tas kecil itu padaku.
Aku membukanya penasaran. Apa ya kira-kira?
“Sugoi!” ujarku gembira. “Handphone? Bibi memberikan ini padaku?”
“Iya. Kamu suka kan?”
“Iya bi.... Arigatou, bi. Aku senang sekali. Arigatou...” aku mengucapkannya berkali.
“Doitashimashite.... anakku...” ia senang sekali memanggilku seperti itu. Haha~~ “Bibi senang kalau kamu juga senang.”
“Ya ampun. Bibi baik sekali,” aku memeluknya dengan erat. Sama seperti yang kulakukan pada ibuku jika ia memberikan sesuatu padaku. Bibiku memang ibuku yang kedua.
“Iya, sayang. Sama-sama. Sudah, kamu ke atas lah... Jaga baik-baik handphone mu ya. Oh ya, bibi sudah mencatat nomormu. Kartunya sudah bibi pasang.”
“Oke bi. Akan aku jaga baik-baik...” aku membawa handphone baruku ke kamarku. Aku bersiul-siul senang melihat handphoneku ini.
“Yeee.... aku punya handphone baru!” teriakku dari dalam kamar. Bibi jadi cengar-cengir mendengarku teriak-teriak dari atas.

"Continue"

0 komentar: